Rabu, 29 Agustus 2012

Memuliakan & Menjaga Wanita

Allah berfirman dalam Al-qur'an: 
لِلرِّجَالِ نَصِيبٌ مِمَّا اكْتَسَبُوا وَلِلنِّسَاءِ نَصِيبٌ مِمَّا اكْتَسَبْنَ وَاسْأَلُوا اللَّهَ مِنْ فَضْلِهِ إِنَّ اللَّهَ كَانَ بِكُلِّ شَيْءٍ عَلِيمًا

“Dan janganlah kamu iri hati terhadap apa yang dikaruniakan Allah kepada sebahagian kamu lebih banyak dari sebahagian yang lain. (Karena) bagi orang laki-laki ada bahagian daripada apa yang mereka usahakan, dan bagi para wanita (pun) ada bahagian dari apa yang mereka usahakan, dan mohonlah kepada Allah sebagian dari karunia-Nya. Sesungguhnya Allah Maha Mengetahui segala sesuatu.”(QS. an-Nisa: 32).

Masyarakat sebelum Islam identik dengan masyarakat yang tidak beradab. Salah satu perilaku buruk pada masa itu adalah mendiskriminasikan wanita. Kaum Hawa ini dipandang sebagai pemilik kasta kedua dalam masyarakat. Tidak sebanding dengan kaum pria. Kelahiran kaum wanita dipandang sebagai hal yang hina dan memalukan bagi para ayah. Firman Allah Ta’ala:

وَإِذَا بُشِّرَ أَحَدُهُمْ بِمَا ضَرَبَ لِلرَّحْمَنِ مَثَلًا ظَلَّ وَجْهُهُ مُسْوَدًّا وَهُوَ كَظِيمٌ
“Padahal apabila salah seorang di antara mereka diberi kabar gembira dengan apa yang dijadikan sebagai misal bagi Allah Yang Maha Pemurah; jadilah mukanya hitam pekat sedang dia amat menahan sedih.”(QS. az-Zukhruf: 17).

Hal ini bukan saja terjadi di Jazirah Arab, tapi di seluruh penjuru bumi. Bangsa Roma pernah mendiskusikan posisi wanita; apakah mereka manusia atau bukan? Kesimpulan dari pembahasan itu adalah wanita bukan termasuk manusia. Masya Allah!

Keadaan seperti itu – merendahkan kaum wanita -- entah disadari atau tidak, sebenarnya juga dialami oleh kaum wanita pada hari ini. Saat Islam tidak lagi  diindahkan sebagai peraturan hidup, dan demokrasi diyakini sebagai ajaran yang suci, kaum wanita justru sering mengalami ketertindasan. Prinsip demokrasi yang dikatakan mengusung egaliter (kesamaan hak dan kedudukan) justru tidak nampak. Kaum wanita malah sering mengalami eksploitasi, pelecehan seksual dan jauh dari kemuliaan.

Banyak wanita dalam masyarakat di dunia saat ini yang jauh dari rasa aman. Mereka rawan dari tindakan kekerasan dan pelecehan seksual. Di Amerika Serikat yang menjadi sentral dari demokrasi dan kebebasan kaum wanita justru paling sering mengalami kekerasan dan pelecehan. Menurut laporan statistik yang dikeluarkan sebuah situs di Amerika, perkosaan mencapai 683.280 kasus pertahun, atau 78 wanita jadi korban setiap jamnya. Selain itu, 1 dari 3 wanita dipastikan pernah mengalami kekerasan seksual sepanjang hidupnya.

Hal ini tidak mengherankan karena memang orientasi hidup masyarakat yang bernaung di bawah demokrasi adalah mencari kepuasan fisik, termasuk kepuasan seksual. Jika sudah demikian maka kaum wanita pasti akan sering menjadi korban karena mereka adalah kelompok manusia yang lemah.

Ironisnya, ada saja kalangan yang justru sering mendiskriditkan atau menuduh Islam sebagai agama yang merendah kaum perempuan. Karena dalam Islam perempuan diharuskan berjilbab, terjadi pemisahan antara pria dan wanita, dan wanita diberikan tugas pokok sebagai ibu dan pengasuh rumah tangga.

Kenyataannya dalam Islam, wanita diperlakukan dengan istimewa, diberikan perlindungan dan diposisikan setara dengan kaum pria. Nabi saw. bersabda:
إنَّمَا النِّسَاءُ شَقَائِقُ آلرِّجالِ
“Sesungguhnya wanita itu adalah sahabatnya kaum pria.”(HR. Abu Daud, Tirmidzi).

Hukum-hukum Islam yang diberikan kepada pria dan wanita pun sama, tak ada perbedaan selain dalam hal yang memang telah diatur oleh Allah semisal yang telah alami sebagai wanita semisal haid, kehamilan, dsb. Demikian pula peran sebagai ibu dan istri bukanlah untuk merendahkan wanita, melainkan karena memang Allah telah menciptakan kaum wanita dengan karakter alamiah untuk itu. Dan Allah pun memberikan ganjaran yang besar bagi wanita dalam amal tersebut.

Dari Ibn 'Abbas r.a.: "Bahwa ada seorang perempuan yang datang menghadap kepada Rasulullah Saw, ia berkata: "Wahai Rasulullah, saya utusan dari para perempuan (datang) menghadapmu untuk bertanya; Jihad ini diwajibkan kepada para laki-laki, kalau mereka selamat pulang, mereka akan memperoleh pahala, dan kalau mereka terbunuh, mereka akan hidup di sisi Tuhan mereka, dengan penuh rizki (kenikmatan). Tetapi kami, para perempuan hanya (tinggal di rumah) melayani mereka (laki-laki). Bagaimana kami bisa memperoleh semua (pahala) itu? Rasullah Saw menjawab: "Sampaikan kepada semua perempuan yang kamu temui, bahwa mentaati suami dan memenuhi hak-haknya adalah sama (pahalanya) dengan jihad, tetapi sedikit sekali diantara mereka yang melakukan itu."(HR. al-Bazzar dan al-Thabrani).

Islam juga memerintahkan kepada kaum pria untuk menjaga pandangan dari aurat wanita, menjaga faraj dari perbuatan zina termasuk mengganggu kehormatan mereka, serta tidak menuduh para muslimah melakukan perbuatan zina. Islam juga menjaga agar kehidupan pria dan wanita jauh dari ikhtilat apalagi khalwat. Dan diberikan sanksi yang tegas bagi siapa saja yang melanggar kehormatan kaum wanita. Selain itu, Islam pun mendorong keluarga, khususnya para suami, agar berkeyakinan bahwa memiliki anak perempuan dan mendidik mereka adalah amal soleh yang dapat mengantarkan menuju jannah.
مَنْ عَالَ جَارِيَتَيْنِ حَتَّى تَبْلُغَا جَاءَ يَوْمَ الْقِيَامَةِ أَنَا وَهُوَ وَضَمَّ أَصَابِعَهُ

“Barang siapa dapat mengasuh dua orang anak perempuannya hingga dewasa, maka aku akan bersamanya di hari kiamat kelak.’ Beliau merapatkan kedua jarinya.”(HR. Muslim).

Tidak ada komentar :

Posting Komentar

 
back to top