لَا
تَحْسَبَنَّ الَّذِينَ يَفْرَحُونَ بِمَا أَتَوْا وَيُحِبُّونَ أَنْ يُحْمَدُوا بِمَا
لَمْ يَفْعَلُوا فَلَا تَحْسَبَنَّهُمْ بِمَفَازَةٍ مِنَ الْعَذَابِ وَلَهُمْ عَذَابٌ
أَلِيمٌ
“Janganlah sekali-kali kamu menyangka
bahwa orang-orang yang gembira dengan apa yang telah mereka kerjakan dan mereka
suka supaya dipuji terhadap perbuatan yang belum mereka kerjakan janganlah kamu
menyangka bahwa mereka terlepas dari siksa, dan bagi mereka siksa yang pedih.”(QS.
ali Imran: 188)
Bagi
seorang muslim, ukuran baik dan buruk dalam perbuatan bukanlah ditentukan oleh
dirinya sendiri atau suara mayoritas ataupun kebiasaan. Tetapi semuanya adalah
wewenang Allah SWT. Mana yang boleh dikerjakan dan yang tidak diatur
berdasarkan aturan Allah SWT. Apa yang dilarangNya maka itulah yang
dikategorikan perbuatan buruk, atau tindakan kriminal.
Di antara tanda
kekuasaan Allah adalah Ia memberitahukan pada manusia beragam dampak dari
perbuatan dosa atau kejahatan yang dikerjakan umat manusia. Peringatan dari
Allah adalah karena sifat Maha Pengasih dan Maha Penyayang yang ada padaNya.
Allah menginginkan manusia tetap berada di jalanNya, agar selamat dalam
menempuh kehidupan di dunia maupun di akhirat.
Perbuatan kriminal
sendiri dalam Islam terbagi menjadi dua macam; mengabaikan perkara yang telah
diwajibkan Allah SWT. dan mengerjakan yang diharamkanNya. Meninggalkan
kewajiban semisal sholat 5 waktu, puasa Ramadlan, muslimah yang enggan menutup
aurat, adalah sebagian dari perbuatan keji. Demikian pula mengerjakan yang
telah diharamkan Allah seperti berjudi, berzina, minum khamr, melakukan riba,
bersekutu dengan musuh-musuh Allah, juga termasuk perbuatan kejahatan. Pantang
bagi seorang muslim meninggalkan perintah Allah maupun mengerjakan yang telah
diharamkanNya.
Di antara dampak
perbuatan dosa yang dikerjakan oleh umat manusia adalah sebagai berikut;
Tertutupnya
hati manusia dari petunjuk dan peringatan Allah SWT.
Rasulullah
saw. menerangkan bahwa tatkala manusia mengerjakan perbuatan keji, maka hatinya
akan ternoda. Dan bila tidak segera bertobat, kembali pada jalanNya maka
seluruh hatinya akan tertutup.
إِنَّ الْعَبْدَ إِذَا أَخْطَأَ خَطِيئَةً
نُكِتَتْ فِي قَلْبِهِ نُكْتَةٌ سَوْدَاءُ فَإِذَا هُوَ نَزَعَ وَاسْتَغْفَرَ
وَتَابَ سُقِلَ قَلْبُهُ وَإِنْ عَادَ زِيدَ فِيهَا حَتَّى تَعْلُوَ قَلْبَهُ
وَهُوَ الرَّانُ الَّذِي ذَكَرَ اللَّهُ ( كَلَّا بَلْ رَانَ عَلَى قُلُوبِهِمْ
مَا كَانُوا يَكْسِبُونَ )
”Sesungguhnya
seorang mukmin apabila berbuat dosa akan ada di dalam hatinya noda hitam.
Seandainya ia bertaubat, meninggalkanya dan memohon ampunan maka akan hilanglah
noda hitamnya. Apabila ia menambah (dosa) niscaya akan bertambah, sehingga akan
menutup hatinya yang disebutkan oleh Allah, ‘Sekali-kali tidak! Akan tetapi itu
adalah noda pada hati mereka karena apa yang mereka kerjakan’
(QS. al-Muthaffifin: 14).”(HR. Turmudzi).
Pada
bagian ini ada baiknya kita merenung, apakah hati kita masih terbuka menerima
petunjuk dan peringatan Allah, ataukah tidak? Bila masih ada perasaan berat
apalagi menolak sesuatu yang telah jelas merupakan hukum Allah, pantaslah kita
beristighfar, memohon ampunan kepada Allah, agar Ia berkenan memberikan
petunjukNya kepada kita.
Terhalangnya
Rizki
Nabi
saw. bersabda:
إِنَّ الرَّجُلَ لَيُحْرَمُ الرِّزْقَ
بِالذَّنْبِ يُصِيبُهُ
“Sesungguhnya
seseorang terhalang rizkinya karena dosa yang dikerjakannya.”(hr. Ahmad, Nasa’iy, Ibnu Majah).
Allah
adalah ar-Razaq, Maha Pemberi Rizki, akan tetapi Ia pun memiliki sifat
al-Qabidh yang bermakna Yang Maha Menahan. Menurut ar-Raghib al-Isfahani, “Arti
dari al-Qabidh adalah yang sekali waktu mencabut rezki, sekali waktu
memberikannya, atau yang mencabut rizki dari suatu kaum kemudian memberikannya
kepada kaum yang lain.” Hal ini sesuai dengan firman Allah:
اللَّهُ
يَبْسُطُ الرِّزْقَ لِمَنْ يَشَاءُ وَيَقْدِرُ وَفَرِحُوا بِالْحَيَاةِ الدُّنْيَا
وَمَا الْحَيَاةُ الدُّنْيَا فِي الْآخِرَةِ إِلَّا مَتَاعٌ
“Allah meluaskan rezki dan
menyempitkannya bagi siapa yang Dia kehendaki. Mereka bergembira dengan
kehidupan di dunia, padahal kehidupan dunia itu (dibanding dengan) kehidupan
akhirat, hanyalah kesenangan (yang sedikit).”(QS. ar-Ra’du
[13]: 26).
Merebaknya
kerusakan
Allah
Ta’ala berfirman:
ظَهَرَ
الْفَسَادُ فِي الْبَرِّ وَالْبَحْرِ بِمَا كَسَبَتْ أَيْدِي النَّاسِ لِيُذِيقَهُمْ
بَعْضَ الَّذِي عَمِلُوا لَعَلَّهُمْ يَرْجِعُونَ
“Telah nampak kerusakan di darat dan di
laut disebabkan karena perbuatan tangan manusia, supaya Allah merasakan kepada
mereka sebahagian dari (akibat) perbuatan mereka, agar mereka kembali (ke jalan
yang benar).”(QS. ar-Rum: 41).
Imam
ath-Thabari dalam tafsirnya menjelaskan maksud ayat di atas; “Allah merusakkan
mereka akibat perbuatan dosa-dosa mereka, di lautan dan di daratan akibat
perbuatan mereka yang keji.”
Mahakuasa
Allah SWT. tidak ada yang sanggup
menahan kekuasaan dan kehendakNya. Maka apakah pantas bagi muslim melanggar
perintahnya, dan berbuat dosa. Padahal sudah sedemikian keras peringatan yang
Allah sampaikan?
Saatnya
kita kembali ke jalan Allah dan berharap mendapatkan ampunan atas segala
kesalahan, dan diberikan kekuatan untuk istiqomah di jalanNya.
Tidak ada komentar :
Posting Komentar