Kamis, 09 Agustus 2012

Akibat Perbuatan Dosa


لَا تَحْسَبَنَّ الَّذِينَ يَفْرَحُونَ بِمَا أَتَوْا وَيُحِبُّونَ أَنْ يُحْمَدُوا بِمَا لَمْ يَفْعَلُوا فَلَا تَحْسَبَنَّهُمْ بِمَفَازَةٍ مِنَ الْعَذَابِ وَلَهُمْ عَذَابٌ أَلِيمٌ
“Janganlah sekali-kali kamu menyangka bahwa orang-orang yang gembira dengan apa yang telah mereka kerjakan dan mereka suka supaya dipuji terhadap perbuatan yang belum mereka kerjakan janganlah kamu menyangka bahwa mereka terlepas dari siksa, dan bagi mereka siksa yang pedih.”(QS. ali Imran: 188)
Bagi seorang muslim, ukuran baik dan buruk dalam perbuatan bukanlah ditentukan oleh dirinya sendiri atau suara mayoritas ataupun kebiasaan. Tetapi semuanya adalah wewenang Allah SWT. Mana yang boleh dikerjakan dan yang tidak diatur berdasarkan aturan Allah SWT. Apa yang dilarangNya maka itulah yang dikategorikan perbuatan buruk, atau tindakan kriminal.
 Di antara tanda kekuasaan Allah adalah Ia memberitahukan pada manusia beragam dampak dari perbuatan dosa atau kejahatan yang dikerjakan umat manusia. Peringatan dari Allah adalah karena sifat Maha Pengasih dan Maha Penyayang yang ada padaNya. Allah menginginkan manusia tetap berada di jalanNya, agar selamat dalam menempuh kehidupan di dunia maupun di akhirat.
Perbuatan kriminal sendiri dalam Islam terbagi menjadi dua macam; mengabaikan perkara yang telah diwajibkan Allah SWT. dan mengerjakan yang diharamkanNya. Meninggalkan kewajiban semisal sholat 5 waktu, puasa Ramadlan, muslimah yang enggan menutup aurat, adalah sebagian dari perbuatan keji. Demikian pula mengerjakan yang telah diharamkan Allah seperti berjudi, berzina, minum khamr, melakukan riba, bersekutu dengan musuh-musuh Allah, juga termasuk perbuatan kejahatan. Pantang bagi seorang muslim meninggalkan perintah Allah maupun mengerjakan yang telah diharamkanNya.
Di antara dampak perbuatan dosa yang dikerjakan oleh umat manusia adalah sebagai berikut;
Tertutupnya hati manusia dari petunjuk dan peringatan Allah SWT.
            Rasulullah saw. menerangkan bahwa tatkala manusia mengerjakan perbuatan keji, maka hatinya akan ternoda. Dan bila tidak segera bertobat, kembali pada jalanNya maka seluruh hatinya akan tertutup.
إِنَّ الْعَبْدَ إِذَا أَخْطَأَ خَطِيئَةً نُكِتَتْ فِي قَلْبِهِ نُكْتَةٌ سَوْدَاءُ فَإِذَا هُوَ نَزَعَ وَاسْتَغْفَرَ وَتَابَ سُقِلَ قَلْبُهُ وَإِنْ عَادَ زِيدَ فِيهَا حَتَّى تَعْلُوَ قَلْبَهُ وَهُوَ الرَّانُ الَّذِي ذَكَرَ اللَّهُ ( كَلَّا بَلْ رَانَ عَلَى قُلُوبِهِمْ مَا كَانُوا يَكْسِبُونَ )

”Sesungguhnya seorang mukmin apabila berbuat dosa akan ada di dalam hatinya noda hitam. Seandainya ia bertaubat, meninggalkanya dan memohon ampunan maka akan hilanglah noda hitamnya. Apabila ia menambah (dosa) niscaya akan bertambah, sehingga akan menutup hatinya yang disebutkan oleh Allah, ‘Sekali-kali tidak! Akan tetapi itu adalah noda pada hati mereka karena apa yang mereka kerjakan’ (QS. al-Muthaffifin: 14).”(HR. Turmudzi).
            Pada bagian ini ada baiknya kita merenung, apakah hati kita masih terbuka menerima petunjuk dan peringatan Allah, ataukah tidak? Bila masih ada perasaan berat apalagi menolak sesuatu yang telah jelas merupakan hukum Allah, pantaslah kita beristighfar, memohon ampunan kepada Allah, agar Ia berkenan memberikan petunjukNya kepada kita.

Terhalangnya Rizki
            Nabi saw. bersabda:
إِنَّ الرَّجُلَ لَيُحْرَمُ الرِّزْقَ بِالذَّنْبِ يُصِيبُهُ
“Sesungguhnya seseorang terhalang rizkinya karena dosa yang dikerjakannya.”(hr. Ahmad, Nasa’iy, Ibnu Majah).
            Allah adalah ar-Razaq, Maha Pemberi Rizki, akan tetapi Ia pun memiliki sifat al-Qabidh yang bermakna Yang Maha Menahan. Menurut ar-Raghib al-Isfahani, “Arti dari al-Qabidh adalah yang sekali waktu mencabut rezki, sekali waktu memberikannya, atau yang mencabut rizki dari suatu kaum kemudian memberikannya kepada kaum yang lain.” Hal ini sesuai dengan firman Allah:

اللَّهُ يَبْسُطُ الرِّزْقَ لِمَنْ يَشَاءُ وَيَقْدِرُ وَفَرِحُوا بِالْحَيَاةِ الدُّنْيَا وَمَا الْحَيَاةُ الدُّنْيَا فِي الْآخِرَةِ إِلَّا مَتَاعٌ
“Allah meluaskan rezki dan menyempitkannya bagi siapa yang Dia kehendaki. Mereka bergembira dengan kehidupan di dunia, padahal kehidupan dunia itu (dibanding dengan) kehidupan akhirat, hanyalah kesenangan (yang sedikit).”(QS. ar-Ra’du [13]: 26).

Merebaknya kerusakan
            Allah Ta’ala berfirman:
ظَهَرَ الْفَسَادُ فِي الْبَرِّ وَالْبَحْرِ بِمَا كَسَبَتْ أَيْدِي النَّاسِ لِيُذِيقَهُمْ بَعْضَ الَّذِي عَمِلُوا لَعَلَّهُمْ يَرْجِعُونَ
“Telah nampak kerusakan di darat dan di laut disebabkan karena perbuatan tangan manusia, supaya Allah merasakan kepada mereka sebahagian dari (akibat) perbuatan mereka, agar mereka kembali (ke jalan yang benar).”(QS. ar-Rum: 41).

            Imam ath-Thabari dalam tafsirnya menjelaskan maksud ayat di atas; “Allah merusakkan mereka akibat perbuatan dosa-dosa mereka, di lautan dan di daratan akibat perbuatan mereka yang keji.”
            Mahakuasa Allah SWT. tidak ada  yang sanggup menahan kekuasaan dan kehendakNya. Maka apakah pantas bagi muslim melanggar perintahnya, dan berbuat dosa. Padahal sudah sedemikian keras peringatan yang Allah sampaikan?
            Saatnya kita kembali ke jalan Allah dan berharap mendapatkan ampunan atas segala kesalahan, dan diberikan kekuatan untuk istiqomah di jalanNya.
           

Tidak ada komentar :

Posting Komentar

 
back to top