Rabu, 29 Agustus 2012

Memuliakan & Menjaga Wanita

Allah berfirman dalam Al-qur'an: 
لِلرِّجَالِ نَصِيبٌ مِمَّا اكْتَسَبُوا وَلِلنِّسَاءِ نَصِيبٌ مِمَّا اكْتَسَبْنَ وَاسْأَلُوا اللَّهَ مِنْ فَضْلِهِ إِنَّ اللَّهَ كَانَ بِكُلِّ شَيْءٍ عَلِيمًا

“Dan janganlah kamu iri hati terhadap apa yang dikaruniakan Allah kepada sebahagian kamu lebih banyak dari sebahagian yang lain. (Karena) bagi orang laki-laki ada bahagian daripada apa yang mereka usahakan, dan bagi para wanita (pun) ada bahagian dari apa yang mereka usahakan, dan mohonlah kepada Allah sebagian dari karunia-Nya. Sesungguhnya Allah Maha Mengetahui segala sesuatu.”(QS. an-Nisa: 32).

Masyarakat sebelum Islam identik dengan masyarakat yang tidak beradab. Salah satu perilaku buruk pada masa itu adalah mendiskriminasikan wanita. Kaum Hawa ini dipandang sebagai pemilik kasta kedua dalam masyarakat. Tidak sebanding dengan kaum pria. Kelahiran kaum wanita dipandang sebagai hal yang hina dan memalukan bagi para ayah. Firman Allah Ta’ala:

وَإِذَا بُشِّرَ أَحَدُهُمْ بِمَا ضَرَبَ لِلرَّحْمَنِ مَثَلًا ظَلَّ وَجْهُهُ مُسْوَدًّا وَهُوَ كَظِيمٌ
“Padahal apabila salah seorang di antara mereka diberi kabar gembira dengan apa yang dijadikan sebagai misal bagi Allah Yang Maha Pemurah; jadilah mukanya hitam pekat sedang dia amat menahan sedih.”(QS. az-Zukhruf: 17).

Hal ini bukan saja terjadi di Jazirah Arab, tapi di seluruh penjuru bumi. Bangsa Roma pernah mendiskusikan posisi wanita; apakah mereka manusia atau bukan? Kesimpulan dari pembahasan itu adalah wanita bukan termasuk manusia. Masya Allah!

Keadaan seperti itu – merendahkan kaum wanita -- entah disadari atau tidak, sebenarnya juga dialami oleh kaum wanita pada hari ini. Saat Islam tidak lagi  diindahkan sebagai peraturan hidup, dan demokrasi diyakini sebagai ajaran yang suci, kaum wanita justru sering mengalami ketertindasan. Prinsip demokrasi yang dikatakan mengusung egaliter (kesamaan hak dan kedudukan) justru tidak nampak. Kaum wanita malah sering mengalami eksploitasi, pelecehan seksual dan jauh dari kemuliaan.

Banyak wanita dalam masyarakat di dunia saat ini yang jauh dari rasa aman. Mereka rawan dari tindakan kekerasan dan pelecehan seksual. Di Amerika Serikat yang menjadi sentral dari demokrasi dan kebebasan kaum wanita justru paling sering mengalami kekerasan dan pelecehan. Menurut laporan statistik yang dikeluarkan sebuah situs di Amerika, perkosaan mencapai 683.280 kasus pertahun, atau 78 wanita jadi korban setiap jamnya. Selain itu, 1 dari 3 wanita dipastikan pernah mengalami kekerasan seksual sepanjang hidupnya.

Hal ini tidak mengherankan karena memang orientasi hidup masyarakat yang bernaung di bawah demokrasi adalah mencari kepuasan fisik, termasuk kepuasan seksual. Jika sudah demikian maka kaum wanita pasti akan sering menjadi korban karena mereka adalah kelompok manusia yang lemah.

Ironisnya, ada saja kalangan yang justru sering mendiskriditkan atau menuduh Islam sebagai agama yang merendah kaum perempuan. Karena dalam Islam perempuan diharuskan berjilbab, terjadi pemisahan antara pria dan wanita, dan wanita diberikan tugas pokok sebagai ibu dan pengasuh rumah tangga.

Kenyataannya dalam Islam, wanita diperlakukan dengan istimewa, diberikan perlindungan dan diposisikan setara dengan kaum pria. Nabi saw. bersabda:
إنَّمَا النِّسَاءُ شَقَائِقُ آلرِّجالِ
“Sesungguhnya wanita itu adalah sahabatnya kaum pria.”(HR. Abu Daud, Tirmidzi).

Hukum-hukum Islam yang diberikan kepada pria dan wanita pun sama, tak ada perbedaan selain dalam hal yang memang telah diatur oleh Allah semisal yang telah alami sebagai wanita semisal haid, kehamilan, dsb. Demikian pula peran sebagai ibu dan istri bukanlah untuk merendahkan wanita, melainkan karena memang Allah telah menciptakan kaum wanita dengan karakter alamiah untuk itu. Dan Allah pun memberikan ganjaran yang besar bagi wanita dalam amal tersebut.

Dari Ibn 'Abbas r.a.: "Bahwa ada seorang perempuan yang datang menghadap kepada Rasulullah Saw, ia berkata: "Wahai Rasulullah, saya utusan dari para perempuan (datang) menghadapmu untuk bertanya; Jihad ini diwajibkan kepada para laki-laki, kalau mereka selamat pulang, mereka akan memperoleh pahala, dan kalau mereka terbunuh, mereka akan hidup di sisi Tuhan mereka, dengan penuh rizki (kenikmatan). Tetapi kami, para perempuan hanya (tinggal di rumah) melayani mereka (laki-laki). Bagaimana kami bisa memperoleh semua (pahala) itu? Rasullah Saw menjawab: "Sampaikan kepada semua perempuan yang kamu temui, bahwa mentaati suami dan memenuhi hak-haknya adalah sama (pahalanya) dengan jihad, tetapi sedikit sekali diantara mereka yang melakukan itu."(HR. al-Bazzar dan al-Thabrani).

Islam juga memerintahkan kepada kaum pria untuk menjaga pandangan dari aurat wanita, menjaga faraj dari perbuatan zina termasuk mengganggu kehormatan mereka, serta tidak menuduh para muslimah melakukan perbuatan zina. Islam juga menjaga agar kehidupan pria dan wanita jauh dari ikhtilat apalagi khalwat. Dan diberikan sanksi yang tegas bagi siapa saja yang melanggar kehormatan kaum wanita. Selain itu, Islam pun mendorong keluarga, khususnya para suami, agar berkeyakinan bahwa memiliki anak perempuan dan mendidik mereka adalah amal soleh yang dapat mengantarkan menuju jannah.
مَنْ عَالَ جَارِيَتَيْنِ حَتَّى تَبْلُغَا جَاءَ يَوْمَ الْقِيَامَةِ أَنَا وَهُوَ وَضَمَّ أَصَابِعَهُ

“Barang siapa dapat mengasuh dua orang anak perempuannya hingga dewasa, maka aku akan bersamanya di hari kiamat kelak.’ Beliau merapatkan kedua jarinya.”(HR. Muslim).
Baca Selengkapnya »»  

Kondisi Umat Hari Ini Menurut Rasulullah SAW

Semata dengan pertolongan Allah SWT., umat manusia bisa terlepas dari masa jahiliyah. Zaman di mana akal sehat dikalahkan oleh hawa nafsu, dan para pemimpinnya adalah orang-orang yang memuaskan syahwat duniawi, dan memimpin dengan kebodohan.

Dengan datangnya Islam maka jaman itu terhapus. Hawa nafsu ditundukkan pada syariat Allah, dan fungsi akal sebagai berkah dari Allah kembali digunakan untuk memahami dien ini dan membangun kemajuan umat manusia.

Akan tetapi kembali dengan izin Allah Ta’ala, Rasulullah saw. mengabarkan kepada kita bahwa akan kembali datang zaman di mana agama Allah dipinggirkan dan orang-orang dengan kebodohannya memuja hawa nafsu.

Dekade itu dimulai dengan terlepasnya tali ikatan Islam dari tubuh umat satu demi satu. Berawal dari lalainya kaum muslimin dalam menjalankan pemerintahan yang amanah dan Islami, dan terakhir adalah mengabaikan kewajiban yang amat sederhana; sholat.

لَيُنْقَضَنَّ عُرَى الْإِسْلَامِ عُرْوَةً عُرْوَةً فَكُلَّمَا انْتَقَضَتْ عُرْوَةٌ تَشَبَّثَ النَّاسُ بِالَّتِي تَلِيهَا وَأَوَّلُهُنَّ نَقْضًا الْحُكْمُ وَآخِرُهُنَّ الصَّلَاةُ

“Akan terlepas simpul Islam seutas demi seutas, maka setiap terlepas untaian tersebut maka manusia berpegang pada simpul yang lain, dan yang paling awal terlepas adalah pemerintahan dan yang paling akhir adalah sholat.”(HR. Ahmad).

Dengan runtuhnya khilafah Islamiyyah 89 tahun silam, tepatnya pada tanggal 28 Rajab tahun 1344 H, adalah bencana awal yang menghilangkan institusi negara yang melindungi dan menjaga semua urusan umat Islam. Semenjak itu berbagai masalah bertubi-tubi menghantam, tanpa bisa diselesaikan oleh umat, bahkan masalah yang kecil sekalipun semisal kesehatan. Banyak anak-anak muslim menderita gizi buruk, dan orang-orang miskin yang tidak bisa berobat, tidak terselesaikan. Apalagi masalah penjajahan di dunia Islam seperti Afghanistan, Irak, ataupun masalah pemurtadan oleh kaum salibis.

Hari ini kaum muslimin seperti tidak mengenal fiqih Islam yang mengatur persoalan pemerintahan dan kemasyarakatan. Mereka asing dengan sejarah mereka sendiri. Bahkan Islam dianggap sama dengan agama lain, yang hanya mengurusi masalah privat, tidak mengatur masalah publik.  Ajaran Islam yang dikenal masyarakat hanya berkutat dalam persoalan ibadah dan munakahat semata.

Rasulullah saw. juga mengabarkan bahwa akan langkanya ulama di tengah umat. Padahal ulama adalah pewaris para nabi dan mereka rujukan umat sepeninggal Nabi saw. Kelangkaan ulama otomatis dibarengi dengan merajalelanya kebodohan. Umat akhirnya merujuk kepada para pemimpin mereka yang bodoh, yang mereka itu sesat dan menyesatkan.

98 حَدَّثَنَا إِسْمَاعِيلُ بْنُ أَبِي أُوَيْسٍ قَالَ حَدَّثَنِي مَالِكٌ عَنْ هِشَامِ بْنِ عُرْوَةَ عَنْ أَبِيهِ عَنْ عَبْدِاللَّهِ بْنِ عَمْرِو بْنِ الْعَاصِ قَالَ سَمِعْتُ رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى اللَّهم عَلَيْهِ وَسَلَّمَ يَقُولُ إِنَّ اللَّهَ لَا يَقْبِضُ الْعِلْمَ انْتِزَاعًا يَنْتَزِعُهُ مِنَ الْعِبَادِ وَلَكِنْ يَقْبِضُ الْعِلْمَ بِقَبْضِ الْعُلَمَاءِ حَتَّى إِذَا لَمْ يُبْقِ عَالِمًا اتَّخَذَ النَّاسُ رُءُوسًا جُهَّالًا فَسُئِلُوا فَأَفْتَوْا بِغَيْرِ عِلْمٍ فَضَلُّوا وَأَضَلُّوا قَالَ الْفِرَبْرِيُّ حَدَّثَنَا عَبَّاسٌ قَالَ حَدَّثَنَا قُتَيْبَةُ حَدَّثَنَا جَرِيرٌ عَنْ هِشَامٍ نَحْوَهُ * 

“Sesungguhnya Allah tidak mencabut ilmu dengan menghilangkannya dari manusia, akan tetapi Ia mencabut ilmu dengan mewafatkan ulama, hingga jika tidak tersisa seorang alim pun maka manusia akan mengangkat orang-orang bodoh, mereka ditanya lalu memberi fatwa dengan tanpa ilmu, maka mereka sesat dan menyesatkan.”(HR. Bukhari).

Lebih dari itu, Rasulullah saw. kembali mengabarkan bahwa di zaman sepeninggal beliau orang menyaksikan segala sesuatu menjadi kontradiksi; yang haq dipandang batil,  yang batil dipandang haq. Orang-orang yang dusta dibenarkan, dan orang benar didustakan. Sedangkan masyarakat dipimpin oleh orang-orang yang bodoh.

Ibnu Majah meriwayatkan dalam sunannya. Dia berkata: Telah berbicara kepada kami Abu Bakar bin Abu Syaibah; telah berbicara kepada kami Yazid bin Harun; telah berbicara kepada kami Abdul Malik bin Qudamah al-Jumahi, dari Ishak bin Abu Furat, dari al-Maqburi, dari Abu Hurairah. Dia berkata: Bersabda Rasulullah SAW:

سَيَأْتِي عَلَى النَّاسِ سَنَوَاتٌ خَدَّاعَاتٌ. يُصَدَّقُ فِيهَا الْكَاذِبُ وَيُكَذَّبُ فِيهَا الصَّادِقُ. وَيُؤْتَمَنُ فِيهَا الْخَائِنُ وَيُخَوَّنُ فِيهَا الأَمِينُ. وَيَنْطِقُ فِيهَا الرُّوَيْبِضَةُ. قِيلَ: وَمَا الرُّوَيْبِضَةُ؟ قَالَ: الرَّجُلُ التَّافِهُ في أَمْرِ الْعَامَّةِ .

“Akan datang kepada manusia tahun-tahun penuh para penipu. Ketika itu orang yang dusta dibenarkan, dan sebaliknya orang yang benar didustakan; orang yang berkhianat diberi amanat, dan sebaliknya orang yang dapat dipercaya dikhianati. Ketika itu yang berbicara adalah ar-Rawaibidhah.” Beliau ditanya: “Siapa ar-Rawaibidhah itu?” Beliau bersabda: “Ar-Rawaibidhah adalah orang goblok dan tolol yang diserahi untuk mengurusi urusan umat.”

Gambaran yang telah diberikan oleh Nabi saw. adalah kondisi yang kini tengah menerpa kaum muslimin. Kabar ini janganlah disalahpahami  sebagai berita untuk menumbuhkan pesimisme atau fatalisme, sehingga tidak ada semangat perubahan. Akan tetapi Nabi saw. memberikan kabar masa depan ini sebagai pesan kewaspadaan sekaligus memacu spirit umat untuk tetap istiqomah dalam keislaman dan bersemangat untuk melakukan perubahan ke arah jalan yang diridloi Allah Ta’ala.

فَإِنَّهُ مَنْ يَعِشْ مِنْكُمْ يَرَى اخْتِلَافًا كَثِيرًا وَإِيَّاكُمْ وَمُحْدَثَاتِ الْأُمُورِ فَإِنَّهَا ضَلَالَةٌ فَمَنْ أَدْرَكَ ذَلِكَ مِنْكُمْ فَعَلَيْهِ بِسُنَّتِي وَسُنَّةِ الْخُلَفَاءِ الرَّاشِدِينَ الْمَهْدِيِّينَ عَضُّوا عَلَيْهَا بِالنَّوَاجِذِ

“Sesungguhnya siapa yang hidup sepeninggalku dari kalian akan menyaksikan perbedaan yang demikian banyak, berhati-hatilah kalian terhadap perkara yang baru (mengada-ada) karena sesungguhnya itu adalah kesesatan, maka siapa saja yang mendapati hal itu di antara kamu wajib atasnya berpegang kepada sunnahku dan sunnah khulafa ar-rasyidin yang telah mendapat petunjuk, gigitlah dengan geraham kalian.”(HR. Tirmidzi).
Baca Selengkapnya »»  

Selasa, 28 Agustus 2012

Menyegerakan Pernikahan Bagi Pemuda

Rasulullah saw Bersabda:

يَا مَعْشَرَ الشَّبَابِ، مَنِ اسْتَطَاعَ مِنْكُمُ الْبَاءَةَ فَلْيَتَزَوَّجْ، وَمَنْ لَمْ يَسْتَطِعْ فَعَلَيْهِ بِالصَّوْمِ، فَإِنَّهُ لَهُ وِجَاءٌ

“Wahai para pemuda, barangsiapa yang telah mampu, hendaknya kawin, sebab kawin itu akan lebih menundukkan pandangan dan akan lebih menjaga kemaluan. Kalau belum mampu, hendaknya berpuasa, sebab puasa akan menjadi perisai bagimu.” (HR. Bukhari dan Muslim).

Pernikahan menurut Islam bukan sekedar sarana pemenuhan kebutuhan biologis, tapi sekaligus bernilai pahala. Ia adalah ibadah yang bernilai besar dan merupakan separuh dari agama. Nabi saw. bersabda:
ِإذَا تَزَوَّجَ اَلْعَبْدُ فَقَدِ اسْتَكْمَلَ نِصْفُ الدِّيْنِ, فَلْيَتَّقِ اللهَ فيِ نِصْفِ الْبَاقِي
“Jika seorang hamba menikah maka ia telah menyempurnakan sebagian agamanya, hendaknya ia bertakwa pada Allah pada sebagian yang lain.”(HR. Ath Thabrani).

Dan yang unik, Islam mendorong agar para pemuda menyegerakan pernikahana manakala telah memiliki kemampuan. Usia di mana naluri seksual sedang bergejolak dan meminta kebebasan kepribadian, justru diarahkan oleh Islam menuju pernikahan.

Pada masyarakat yang menegakkan demokrasi yang menjamin kebebasan/liberalisme, pernikahan memang menjadi sesuatu yang berat. Masyarakat memandang aneh jika ada pernikahan di usia muda. Demikian pula banyak kaum muda yang merasa belum pantas menikah di usia mereka. Sementara orang tua juga memandang pernikahan hanya layak dilakukan bila anak-anak mereka telah mapan secara finansial, yang sebenarnya pengingkaran atas keadaan mereka dahulu ketika menikah.

Sikap ini malah mendorong terjadinya perilaku penyimpangan perilaku seksual. Pergaulan bebas dan kehamilan merebak, demikian pula aborsi dan penyakit kelamin mengancam. Menurut catatan pemerintah, pada tahun lalu dari 33 propinsi, 63,5 persen remaja dan pelajar di tanah air pernah melakukan perzinaan.

Selain itu aturan birokrasi juga menyulitkan pemuda untuk menikah. Misalnya soal batasan umur dan biaya pernikahan. Lingkungan adat juga menjadi hambatan pelaksanaan pernikahan, semisal mahar yang harus tinggi, upacara pernikahan yang meriah, dsb. Hal ini berbeda dengan ajaran Islam yang mendorong kemudahan dalam melaksanakan pernikahan.

Ada beberapa keutamaan mengenai amal pernikahan. Di antaranya ialah:
1.        Menjaga kesucian dan kehormatan diri.
“Wahai para pemuda, barangsiapa yang telah mampu, hendaknya kawin, sebab kawin itu akan lebih menundukkan pandangan dan akan lebih menjaga kemaluan. Kalau belum mampu, hendaknya berpuasa, sebab puasa akan menjadi perisai bagimu.” (HR. Bukhari dan Muslim).

أَرَأَيْتُمْ لَوْ وَضَعَهَا فِي حَرَامٍ أَكَانَ عَلَيْهِ فِيهَا وِزْرٌ فَكَذَلِكَ إِذَا وَضَعَهَا فِي الْحَلَالِ كَانَ لَهُ أَجْرًا

“Tahukah kalian jika seseorang menumpahkan syahwatnya pada yang haram tidakkah ia berdosa? Maka demikian pula apabila ia menempatkan syahwatnya pada yang halal adalah pahala baginya.”(Hr. Muslim)

2.        Pernikahan menyempurnakan separuh agama. Sabda Nabi saw.:
ِإذَا تَزَوَّجَ اَلْعَبْدُ فَقَدِ اسْتَكْمَلَ نِصْفُ الدِّيْنِ, فَلْيَتَّقِ اللهَ فيِ نِصْفِ الْبَاقِي
“Jika seorang hamba menikah maka ia telah menyempurnakan sebagian agamanya, hendaknya ia bertakwa pada Allah pada sebagian yang lain.”(HR. Ath Thabrani).

3.        Allah memberikan pertolongan bagi orang yang menikah

ثَلَاثَةٌ حَقٌّ عَلَى اللَّهِ عَوْنُهُمُ الْمُجَاهِدُ فِي سَبِيلِ اللَّهِ وَالْمُكَاتَبُ الَّذِي يُرِيدُ الْأَدَاءَ وَالنَّاكِحُ الَّذِي يُرِيدُ الْعَفَافَ
“Tiga golongan yang berhak mendapatkan pertolongan Allah; pejuang di jalan Allah, hamba sahaya yang menginginkan kemerdekaan, dan orang yang menikah karena menginginkan kesucian diri.”(HR. Turmudzi).

4.        Mendapatkan keturunan

يَاأَيُّهَا النَّاسُ اتَّقُوا رَبَّكُمُ الَّذِي خَلَقَكُمْ مِنْ نَفْسٍ وَاحِدَةٍ وَخَلَقَ مِنْهَا زَوْجَهَا وَبَثَّ مِنْهُمَا رِجَالًا كَثِيرًا وَنِسَاءً
“Hai sekalian manusia, bertakwalah kepada Tuhan-mu yang telah menciptakan kamu dari diri yang satu, dan daripadanya Allah menciptakan isterinya; dan daripada keduanya Allah memperkembang biakkan laki-laki dan perempuan yang banyak.”(QS. an-Nisa: 1).

Pernikahan sudah menjadi bagian dari pandangan hidup yang khas dalam Islam. Sebagai dien yang sempurna, Islam menghendaki umat manusia hidup teratur dan penuh ketenangan. Salah satunya adalah memberikan penyaluran yang halal dan barakah bagi pria dan wanita dalam ikatan pernikahan.

Sebaliknya, ideologi selain Islam justru menghancurkan fitrah manusia dengan memberikan kebebasan tanpa batas. Alih-alih menciptakan kebaikan, yang terjadi justru malapetaka bagi kehidupan manusia.
Baca Selengkapnya »»  

Cinta Sejati Seorang Ibu Terhadap Anaknya

Wanita itu sudah tua, namun semangat perjuangannya tetap menyala seperti wanita yang masih muda. Setiap tutur kata yang dikeluarkannya selalu menjadi pendorong dan bualan orang disekitarnya. Maklumlah, ia memang seorang penyair dua zaman, maka tidak kurang pula bercakap dalam bentuk syair.

Al-Khansa bin Amru, demikianlah nama wanita itu. Dia merupakan wanita yang terkenal cantik dan pandai di kalangan orang Arab. Dia pernah bersyair mengenang kematian saudaranya yang bernama Sakhr :
"Setiap mega terbit, dia mengingatkan aku pada Sakhr, malang. Aku pula masih teringatkan dia setiap mega hilang dii ufuk barat Kalaulah tidak kerana terlalu ramai orang menangis di sampingku ke atas mayat-mayat mereka, nescaya aku bunuh diriku."
Setelah Khansa memeluk Islam, keberanian dan kepandaiannya bersyair telah digunakan untuk menyemarakkan semangat para pejuang Islam. Ia mempunyai empat orang putera yang kesemuanya diajar ilmu bersyair dna dididik berjuang dengan berani. Kemudian puteranya itu telah diserahkan untuk berjuang demi kemenangan dan kepentingan Islam. Khansa telah mengajar anaknya sejak kecil lagi agar jangan takut menghadapi peperangan dan cabaran.

Pada tahun 14 Hijrah, Khalifah Umar Ibnul Khattab menyediakan satu pasukan tempur untuk menentang Farsi. Semua Islam dari berbagai kabilah telah dikerahkan untuk menuju ke medan perang, maka terkumpullah seramai 41,000 orang tentera. Khansa telah mengerahkan keempat-empat puteranya agar ikut mengangkat senjata dalam perang suci itu. Khansa sendiri juga ikut ke medan perang dalam kumpulan pasukan wanita yang bertugas merawat dan menaikkan semangat pejuan tentera Islam.
Dengarlah nasihat Khansa kepada putera-puteranya yang sebentar lagi akan ke medan perang, "Wahai anak-anakku! Kamu telah memilih Islam dengan rela hati. Kemudian kamu berhijrah dengan sukarela pula. Demi Allah, yang tiada tuhan selain Dia, sesungguhnya kamu sekalian adalah putera-putera dari seorang lelaki dan seorang wanita. Aku tidak pernah mengkhianati ayahmu, aku tidak pernah memburuk-burukkan saudara-maramu, aku tidak pernah merendahkan keturuna kamu, dan aku tidak pernah mengubah perhubungan kamu. Kamu telah tahu pahala yang disediakan oleh Allah kepada kaum muslimin dalam memerangi kaum kafir itu. Ketahuilah bahwasaya kampung yang kekal itu lebih baik daripada kampung yang binasa."

Kemudian Khansa membacakan satu ayat dari surah Ali Imran yang bermaksud, "Wahai orang yang beriman! Sabarlah, dan sempurnakanlah kesabaran itu, dan teguhkanlah kedudukan kamu, dan patuhlah kepada Allah, moga-moga menjadi orang yang beruntung." Putera-putera Khansa tertunduk khusyuk mendengar nasihat bonda yang disayanginya.
Seterusnya Khansa berkata, "Jika kalian bangun esok pagi, insya Allah dalam keadaan selamat, maka keluarlah untuk berperang dengan musuh kamu. Gunakanlah semua pengalamanmu dan mohonlah pertolongan dari Allah. Jika kamu melihat api pertempuran semakin hebat dan kamu dikelilingi oleh api peperangan yang sedang bergejolak, masuklah akmu ke dalamnya. Dan dapatkanlah puncanya ketika terjadi perlagaan pertempurannya, semoga kamu akan berjaya mendapat balasan di kampung yang abadi, dan tempat tinggal yang kekal."

Subuh esoknya semua tentera Islam sudah berada di tikar sembahyang masing-masing untuk mengerjakan perintah Allah iaitu solat Subuh, kemudian berdoa moga-moga Allah memberikan mereka kemenangan atau syurga. Kemudian Saad bin Abu Waqas panglima besar Islam telah memberikan arahan agar bersiap-sedia sebaik saja semboyan perang berbunyi. Perang satu lawan satu pun bermula dua hari. Pada hari ketiga bermulalah pertempuran besar-besaran. 41,000 orang tentera Islam melawan tentera Farsi yang berjumlah 200,000 orang. Pasukan Islam mendapat tentangan hebat, namun mereka tetap yakin akan pertolongan Allah .

Putera-putera Khansa maju untuk merebut peluang memasuki syurga. Berkat dorongan dan nasihat dari bondanya, mereka tidak sedikit pun berasa takut. Sambil mengibas-ngibaskan pedang, salah seorang dari mereka bersyair,
"Hai saudara-saudaraku! Ibu tua kita yang banyak pengalaman itu, telah memanggil kita semalam dan membekalkan nasihat. Semua mutiara yang keluar dari mulutnya bernas dan berfaedah. Insya Allah akan kita buktikan sedikit masa lagi."
Kemudian ia maju menetak setiap musuh yang datang. Seterusnya disusul pula oleh anak kedua maju dan menentang setiap musuh yang mencabar. Dengan semangat yang berapi-api ia bersyair,
"Demi Allah! Kami tidak akan melanggar nasihat dari ibu tua kami Nasihatnya wajib ditaati dengan ikhlas dan rela hati Segeralah bertempur, segeralah bertarung dan menggempur mush-musuh bersama-sama Sehingga kau lihat keluarga Kaisar musnah."
Anak Khansa yang ketiga pula segera melompat dengan beraninya dan bersyair,
"Sungguh ibu tua kami kuat keazamannya, tetap tegas tidak goncang Beliau telah menggalakkan kita agar bertindak cekap dan berakal cemerlang Itulah nasihat seorang ibu tua yang mengambil berat terhadap anak-anaknya sendiri Mari! Segera memasuki medan tempur dan segeralah untuk mempertahankan diri Dapatkan kemenangan yang bakal membawakegembiraan di dalam hati Atau tempuhlah kematian yang bakal mewarisi kehidupan yang abadi."

Akhir sekali anak keempat menghunus pedang dan melompat menyusul abang-abangnya. Untuk menaikkan semangatnya ia pun bersyair,
"Bukanlah aku putera Khansa', bukanlah aku anak jantan Dan bukanlah pula kerana 'Amru yang pujiannya sudah lama terkenal Kalau aku tidak membuat tentera asing yang berkelompok-kelompok itu terjunam ke jurang bahay, dan musnah mangsa oleh senjataku."
Bergelutlah keempat-empat putera Khansa dengan tekad bulat untuk mendapatkan syurga diiringi oleh doa munajat bondanya yang berada di garis belakang. Pertempuran terus hebat. Tentera Islam pada mulanya kebingungan dan kacau kerana pada mulanya tentera Farsi menggunakan tentera bergajah di barisan hadapan, sementara tentera berjalan kaki berlindung di belakang binatang tahan lasak itu. Namun tentera Islam dapat mencederakan gajah-gajah itu dengan memanah mata dan bahagian-bahagian lainnya. Gajah yang cedera itu marah dengan menghempaskan tuan yang menungganginya, memijak-mijak tentera Farsi yang lannya. Kesempatan ini digunakan oleh pihak Islam untuk memusnahkan mereka. Panglima perang bermahkota Farsi dapat dipenggal kepalanya, akhirnya mereka lari lintang-pukang menyeberangi sungai dan dipanah oleh pasukan Islam hingga air sungai menjadi merah. Pasukan Farsi kalah teruk, dari 200,000 tenteranya hanya sebahagian kecil saja yang dapat menyelamatkan diri.

Umat Islam lega. Kini mereka mengumpul dan mengira tentera Islam yang gugur. Ternyata yang beruntung menemui syahid di medan Kadisia itu berjumlah lebih kurang 7,000 orang. Dan daripada 7,000 orang syuhada itu terbujur empat orang adik-beradik Khansa. Seketika itu juga ramailah tentera Islam yang datang menemui Khansa memberitahukan bahwa keempat-empat anaknya telah menemui syahid. Al-Khansa menerima berita itu dengan tenang, gembira dan hati tidak bergoncang. Al-Khansa terus memuji Allah dengan ucapan,
"Segala puji bagi Allah, yang telah memuliakanku dengan mensyahidkan mereka, dan aku mengahrapkan darii Tuhanku, agar Dia mengumpulkan aku dengan mereka di tempat tinggal yang kekal dengan rahmat-Nya!"
Al-Khansa kembali semula ke Madinah bersama para perajurit yang masih hidup dengan meninggalkan mayat-mayat puteranya di medan pertempuran Kadisia. Dari peristiwa peperanan itu pula wanita penyair ini mendapat gelaran kehormatan 'Ummu syuhada yang ertinya ibu kepada orang-orang yang mati syahid."
Baca Selengkapnya »»  

Senin, 27 Agustus 2012

Kekuatan Dari Ketakwaan

Secara umum manusia akan memilih sesuatu yang dianggapnya akan mendatangkan keuntungan dalam hidupnya. Dari segi kehadirannya keuntungan ini ada dua; seketika dan masa depan. Orang-orang yang pandir akan memilih keuntungan seketika karena nampak di depan mata, dan mengesampingkan keuntungan jangka panjang. Apalagi bila keuntungan itu tidak segera dirasakan, orang-orang bodoh menganggapnya sebagai mengawang-awang, dan tidak pasti.

Di sinilah kejelian seorang muslim dalam berpikir dan bertindak. Dorongan keimanannya akan mendorongnya untuk berpikir tidak hanya kehidupan dunia tetapi juga masa depan, yakni kehidupan di akhirat. Sebagaimana sabda Nabi saw.:

الْكَيِّسُ مَنْ دَانَ نَفْسَهُ وَعَمِلَ لِمَا بَعْدَ الْمَوْتِ وَالْعَاجِزُ مَنْ أَتْبَعَ نَفْسَهُ هَوَاهَا وَتَمَنَّى عَلَى اللَّهِ
"Orang yang cerdik adalah yang mempersiapkan dirinya dan beramal untuk kehidupan setelah kematian, sedangkan orang  yang bodoh adalah yang dirinya mengikuti hawa nafsu dan berkhayal kepada Allah SWT."(HR. Tirmidzi)

Karena paham bahwa akan ada kehidupan setelah kematian, maka seorang mukmin akan menjaga setiap perintah Allah dan menjauhi laranganNya dengan sekuat tenaga. Merekalah orang-orang yang bertakwa.

Sejatinya, orang-orang yang bertakwa adalah orang yang pandai. Mereka memahami keuntungan di dunia adalah singkat dan terbatas. Apa yang Allah sediakan di akhirat kelak adalah keuntungan sejati dan abadi. Itulah yang menjadi tujuan hidup sesungguhnya. Profit yang ingin mereka raih dengan banyak beramal di dunia.

Akan tetapi, bukan berarti selama di dunia Allah melupakan segala jerih payah mereka. Ada beragam ganjaran kebaikan atau keuntungan yang ditebarkan oleh Allah bagi hamba-hambaNya yang bertakwa. Beberapa kebaikan yang Allah janjikan kepada mereka yang bertakwa adalah:
1.      Dimudahkan jalan keluar dan rizki dari jalan yang tak terduga, dan dicukupkan segala hajat hidupnya.

وَمَنْ يَتَّقِ اللَّهَ يَجْعَلْ لَهُ مَخْرَجًا(2)وَيَرْزُقْهُ مِنْ حَيْثُ لَا يَحْتَسِبُ وَمَنْ يَتَوَكَّلْ عَلَى اللَّهِ فَهُوَ حَسْبُهُ إِنَّ اللَّهَ بَالِغُ أَمْرِهِ قَدْ جَعَلَ اللَّهُ لِكُلِّ شَيْءٍ قَدْرًا(3)

“Barangsiapa yang bertakwa kepada Allah niscaya Dia akan mengadakan baginya jalan ke luar. Dan memberinya rezki dari arah yang tiada disangka-sangkanya.Dan barangsiapa yang bertawakkal kepada Allah niscaya Allah akan mencukupkan (keperluan)nya. Sesungguhnya Allah melaksanakan urusan (yang dikehendaki) Nya. Sesungguhnya Allah telah mengadakan ketentuan bagi tiap-tiap sesuatu.”(QS. ath-Thalaq: 2-3).

Banyak yang khawatir bila menjadi orang jujur dan amanah, tidak akan mendapat keuntungan di dunia. Mereka juga takut bila konsisten dalam agama justru akan dipersulit. Mereka tidak paham bahwa rizki adalah ketentuan/qadla Allah. Dia yang Maha Mengatur dan Memberi, dan hanya Allah yang Maha Perkasa yang bisa menyelesaikan persoalan manusia. Khusus bagi orang-orang bertakwa, Allah mudahkan jalan keluar dan rizkiNya.

2.      Dijaga oleh Allah dan dijauhkan dari makar orang-orang kafir dan para pengikutnya
إِنْ تَمْسَسْكُمْ حَسَنَةٌ تَسُؤْهُمْ وَإِنْ تُصِبْكُمْ سَيِّئَةٌ يَفْرَحُوا بِهَا وَإِنْ تَصْبِرُوا وَتَتَّقُوا لَا يَضُرُّكُمْ كَيْدُهُمْ شَيْئًا إِنَّ اللَّهَ بِمَا يَعْمَلُونَ مُحِيطٌ
“Jika kamu memperoleh kebaikan, niscaya mereka bersedih hati, tetapi jika kamu mendapat bencana, mereka bergembira karenanya. Jika kamu bersabar dan bertakwa, niscaya tipu daya mereka sedikitpun tidak mendatangkan kemudharatan kepadamu. Sesungguhnya Allah mengetahui segala apa yang mereka kerjakan.”(QS. ali-Imran: 120).

Imam Ibnu Katsir menjelaskan ayat ini berkaitan dengan sikap orang-orang munafiq yang bergembira ketika kaum muslimin terpukul pada Perang Uhud. Akan tetapi bila mereka bersabar dan bertakwa mereka akan selamat dari sikap kaum munafikin dan orang-orang jahat.

Hal ini pun berlaku bagi umat muslim jika mereka bertakwa maka mereka akan terhindar dari makar orang-orang kafir dan akan diberi kejayaan oleh Allah SWT.

3.      Senantiasa dikuatkan hatinya oleh Allah dalam menghadapi segala persoalan di dunia.

يَابَنِي ءَادَمَ إِمَّا يَأْتِيَنَّكُمْ رُسُلٌ مِنْكُمْ يَقُصُّونَ عَلَيْكُمْ ءَايَاتِي فَمَنِ اتَّقَى وَأَصْلَحَ فَلَا خَوْفٌ عَلَيْهِمْ وَلَا هُمْ يَحْزَنُونَ

“Hai anak-anak Adam, jika datang kepadamu rasul-rasul daripada kamu yang menceritakan kepadamu ayat-ayat-Ku, maka barangsiapa yang bertakwa dan mengadakan perbaikan, tidaklah ada kekhawatiran terhadap mereka dan tidak (pula) mereka bersedih hati.”(QS. al-A’raf: 35).

Imam Ibnu Katsir menjelaskan bahwa tiap umat telah ditentukan masa jaya dan binasanya. Siapa saja yang mengikuti tuntunan Allah yang dibawa para Rasul, dengan tetap bertakwa, patuh dan memperbaiki segala kesalahan, mereka inilah yang dijamin tidak akan merasa takut dan tidak akan menyesal di hari kemudian.


Ini adalah sekelumit dari janji Allah bagi orang-orang yang bertakwa. Masih banyak lagi janji kebaikan, pertolongan dan kemenangan yang akan Allah limpahkan kepada orang-orang yang bertakwa. Marilah kita bersegera menuju janji Allah dengan mewujudkan ketakwaan dalam hidup kita. Semoga Allah senantiasa mengiringi langkah kita.             
Baca Selengkapnya »»  

Kisah Abu Hurairah r.a. Dan Pencuri

Abu Hurairah r.a. pernah ditugaskan oleh Rasulullah S.A.W untuk menjaga gudang zakat di bulan Ramadhan. Tiba-tiba muncullah seseorang, lalu mencuri segenggam makanan. Namun kepintaran Hurairah memang patut dipuji, kemudian pencuri itu kemudian berhasil ditangkapnya.
"Akan aku adukan kamu kepada Rasulullah S.A.W," gertak Abu Hurairah.
Bukan main takutnya pencuri itu mendengar ancaman Abu Hurairah, hingga kemudian ia pun merengek-rengek : "Saya ini orang miskin, keluarga tanggungan saya banyak, sementara saya sangat memerlukan makanan."

Maka pencuri itu pun dilepaskan. Bukankah zakat itu pada akhirnya akan diberikan kepada fakir miskin ? Hanya saja, cara memang keliru. Mestinya jangan keliru.
Keesokan harinya, Abu Hurairah melaporkan kepada Rasulullah S.A.W. Maka bertanyalah beliau : "Apa yang dilakukan kepada tawananmu semalam, ya Abu Hurairah?"
Ia mengeluh, "Ya Rasulullah, bahwa ia orang miskin, keluarganya banyak dan sangat memerlukan makanan," jawab Abu Hurairah. Lalu diterangkan pula olehnya, bahwa ia kasihan kepada pencuri itu,, lalu dilepaskannya.
"Bohong dia," kata Nabi : "Padahala nanti malam ia akan datang lagi."
Karena Rasulullah S.A.W berkata begitu, maka penjagaannya diperketat, dan kewaspadaan pun ditingkatkan.Dan, benar juga, pencuri itu kembali lagi, lalu mengambil makanan seperti kelmarin. Dan kali ini ia pun tertangkap.
"Akan aku adukan kamu kepada Rasulullah S.A.W," ancam Abu Hurairah, sama seperti kelmarin. Dan pencuri itu pun sekali lagi meminta ampun : "Saya orang miskin, keluarga saya banyak. Saya berjanji esok tidak akan kembali lagi."

Kasihan juga rupanya Abu Hurairah mendengar keluhan orang itu, dan kali ini pun ia kembali dilepaskan. Pada paginya, kejadian itu dilaporkan kepada Rasulullah S.A.W, dan beliau pun bertanya seperti kelmarin. Dan setelah mendapat jawapan yang sama, sekali lagi Rasulullah menegaskan : "Pencuri itu bohong, dan nanti malam ia akan kembali lagi."
Malam itu Abu Hurairah berjaga-jaga dengan kewaspadaan dan kepintaran penuh. Mata, telinga dan perasaannya dipasang baik-baik. Diperhatikannya dengan teliti setiap gerak-gerik disekelilingnya sudah dua kali ia dibohongi oleh pencuri. Jika pencuri itu benar-benar datang seperti diperkatakan oleh Rasulullah dan ia berhasil menangkapnya, ia telah bertekad tidak akan melepaskannya sekali lagi. Hatinya sudah tidak sabar lagi menunggu-nunggu datangnya pencuri jahanam itu. Ia kesal. Kenapa pencuri kelmarin itu dilepaskan begitu saja sebelum diseret ke hadapan Rasulullah S.A.W ? Kenapa mau saja ia ditipu olehnya ? "Awas!" katanya dalam hati. "Kali ini tidak akan kuberikan ampun."

Malam semakin larut, jalanan sudah sepi, ketika tiba-tiba muncul sesosok bayangan yang datang menghampiri onggokan makanan yang dia jaga. "Nah, benar juga, ia datang lagi," katanya dalam hati. Dan tidak lama kemudian pencuri itu telah bertekuk lutut di hadapannya dengan wajah ketakutan.

Diperhatikannya benar-benar wajah pencuri itu. Ada semacam kepura-puraan pada gerak-geriknya.
"Kali ini kau pastinya kuadukan kepada Rasulullah. Sudah dua kali kau berjanji tidak akan datang lagi ke mari, tapi ternyata kau kembali juga. Lepaskan saya," pencuri itu memohon. Tapi, dari tangan Abu Hurairah yang menggenggam erat-erat dapat difahami, bahwa kali ini ia tidak akan dilepaskan lagi. Maka dengan rasa putus asa ahirnya pencuri itu berkata : "Lepaskan saya, akan saya ajari tuan beberapa kalimat yang sangat berguna."
"Kalimat-kalimat apakah itu?" Tanya Abu Hurairah dengan rasa ingin tahu. "Bila tuan hendak tidur, bacalah ayat Kursi : Allaahu laa Ilaaha illaa Huwal-Hayyul Qayyuuumu….. Dan seterusnya sampai akhir ayat. Maka tuan akan selalu dipelihara oleh Allah, dan tidak akan ada syaitan yang berani mendekati tuan sampai pagi."
Maka pencuri itu pun dilepaskan oleh Abu Hurairah. Agaknya naluri keilmuannya lebih menguasai jiwanya sebagai penjaga gudang.
Dan keesokan harinya, ia kembali menghadap Rasulullah S.A.W untuk melaporkan pengalamannya yang luar biasa tadi malam. Ada seorang pencuri yang mengajarinya kegunaan ayat Kursi.
"Apa yang dilakukan oleh tawananmu semalam?" tanya Rasul sebelum Abu Hurairah sempat menceritakan segalanya.
"Ia mengajariku beberapa kalimat yang katanya sangat berguna, lalu ia saya lepaskan," jawab Abu Hurairah.
"Kalimat apakah itu?" tanya Nabi.
Katanya : "Kalau kamu tidur, bacalah ayat Kursi : Allaahu laa Ilaaha illaa Huwal-Hayyul Qayyuuumu….. Dan seterusnya sampai akhir ayat. Dan ia katakan pula : "Jika engkau membaca itu, maka engkau akan selalu dijaga oleh Allah, dan tidak akan didekati syaitan hingga pagi hari."

Menanggapi cerita Abu Hurairah, Nabi S.A.W berkata, "Pencuri itu telah berkata benar, sekalipun sebenarnya ia tetap pendusta." Kemudian Nabi S.A.W bertanya pula : "Tahukah kamu, siapa sebenarnya pencuri yang ertemu denganmu tiap malam itu?"
"Entahlah." Jawab Abu Hurairah.
"Itulah syaitan."
Baca Selengkapnya »»  

Kisah Pemuda Yang Bernama 'Uzair

Pada suatu hari ketika 'Uzair memasuki kebunnya yang menghijau dengan pokok-pokok tamar dan tiba-tiba hatinya telah terpesona serta tertarik untuk memikirkan rahsia keindahan dan keajaiban alam ini. Sesudah memetik buah-buahan dia pulang dengan keldainya sambil menikmati keindahan-keindahan alam sekitarnya sehingga keldai yang ditungganginya tersesat jalan. Setelah sekian lama barulah dia sedar bahwa dia telah berada di suatu daerah yang tidak dikenali oleh beliau serta sudah jauh dari negerinya sendiri.

Sebaik saja dia sampai ke daerah itu dilihatnya kampung itu baru saja diserbu oleh musuh-musuh sehingga menjadi rosak-binasa sama sekali. Di tapak atau bekas runtuhan terdapat mayat-mayat manusia yang bergelimpangan yang sudah busuk serta hancur. Melihatkan pemandangan yang mengerikan itu, dia pun turun dari keldainya dengan membawa dua keranjang buah-buahan. Manakala keldainya itu ditambat di situ, kemudian dia pun duduk bersandar pada dinding sebuah rumah yang sudah runtuh bagi melepaskan penatnya. Dalam pada itu, fikirannya mula memikirkan mayat manusia yang sudah busuk itu.

"Bagaimana orang-orang yang sudah mati dan hancur itu akan dihidupkan oleh Tuhan kembali di negeri akhirat?" begitulah pertanyaan yang datang bertalu-talu da tidak terjawab olehnya sehingga dia menjadi lemah-longlai dan kemudian terus tertidur. Dalam tidur itu, dia seakan-akan bertemu dengan semua arwah (roh-roh) orang-orang yang sudah meninggal itu. Tidurnya amat luar biasa sekali, bukan hanya sejam atau semalam, tetapi dia telah tidur terus-menerus tanpa bangun-bangun selama seratus tahun lamanya.

Dalam masa dia tertidur itu, keadaan di sekitarnya sudah ramai lapisan baru, rumah serta bangunan-bangunan banyak yang telah didirikan. Dalam masa seratus tahun itu, segala-galanya sudah berubah, manakal 'Uzair tetap terus tidur tersandar di dinding buruk itu menjadi jasad (tubuh) yang tidak bernyawa lagi. Dagingnya sudah hancur dan tulang belulangnya sudah hancur lebur berderai.
Kemudian jasad 'Uzair yang telah mati, daging dan tulangnya yang sudah hancur itu disusun kembali oleh Allah pada bahagiannya masing-masing lalu ditiupkan ruhnya. Dan ketika itu juga 'Uzair hidup kembali seperti dahulu. 'Uzair terus berdiri seperti orang yang bangun dari tidur lantas dia mencari keldai dan buah-buahannya di dalam keranjang dahulu.

Tidak berapa lama kemudian, turunlah beberapa malaikat seraya bertanya, "Tahukah engkau ya 'Uzair berapa lama engkau tidur?"
Tanpa berfikir panjang 'Uzair menjawab, "Saya tertidur sehari dua ataupun setengah hari."
Lalu malaikat pun berkata kepadanya, "Bahwa engkau terdampar di sini genap seratus tahun lamanya. Disinilah engkau berbaring, berhujan dan berpanas matahari, kadang-kadang ditiup badai dan berhawa sejuk dan juga panas terik. Dalam masa yang begitu panjang, makanan engkau tetap baik keadaannya. Tetapi cuba lihat keadaan keldai itu, dia sendiri pun sudah hancur dan dagingnya sudah busuk."


Berkata malaikat lagi, "Lihatlah dan perhatikanlah sungguh-sungguh. Demikianlah kekuasaan Allah. Allah dapat menghidupkan kembali orang yang sudah mati dan mengembalikan jasad-jasad yang sudah hancur lebur dan dengan semudah itu pulalah Tuhan akan membangkitkan semua manusia yang sudah mati itu nanti di akhirat untuk diperiksa dan diadili segala perbuatannya. Hal ini diperlihatkan oleh Tuhan kepada engkau supaya iman engkau tetap dan engkau sendiri dapat menjadi bukti kepada manusia-manusia lain supaya engkau dan manusia-manusia lain tiada syak dan ragu-ragu lagi tentang apa yang diterangkan Tuhan tentang akhirat itu."

Setelah 'Uzair melihat makanan dan keldainya yang sudah hancur itu, maka 'Uzair pun berkata, "Sekarang tahulah saya bahwa Allah itu adalah berkuasa ke atas tiap-tiap sesuatu." Tiba-tiba keldai yang sudah hancur berderai itu dilihatnya mulai dikumpulkan daging dan tulangnya. Dan akhirnya menjadi seperti sediakala iaitu hidup kembali bergerak-gerak dan berdiri sebagaimana sebelum mati. Maka 'Uzair pun berkata, "Sekarang tahulah saya bahwa Allah berkuasa di atas segala-galanya." Lalu dia pun terus mengambil keldainya dahulu dan terus menunggangnya pulang ke rumahnya dahulu dengan mencari-cari jalan yang sukar untuk dikenali.

Dilihatnya segala-gala telah berubah. Dia cuba mengingati apa yang pernah dilihatnya seratus tahun dahulu. Setelah menempuhi berbagai kesukaran, akhirnya dia pun sampai ke rumahnya. Sebaik saja dia sampai di situ, dia mendapati rumahnya sudah pun buruk di mana segala dinding rumahnya telah habis runtuh. Semasa dia memandang keadaan sekeliling rumahnya, dia ternampak seorang perempuan tua, lantas dia pun bertanya, "Inikah rumah tuan 'Uzair?"

"Ya," jawab perempuan itu. "Inilah rumah 'Uzair dahulu, tetapi 'Uzair telah lama pergi dan tiada didengar berita tentangnya lagi sehingga semua orang pun lupa padanya dan saya sendiri tidak pernah menyebut namanya selain kali ini saja." Kata perempuan itu sambil menitiskan airmata.
'Sayalah 'Uzair," jawab 'Uzair dengan pantas. "Saya telah dimatikan oleh Tuhan seratus tahun dahulu dan sekrang saya sudah dihidupkan oleh Allah kembali."

Perempuan tua itu terkejut seakan-akan tidak percaya, lalu dia pun berkata, "'Uzair itu adalah seorang yang paling soleh, doanya selalu dimakbulkan oleh Tuhan dan telah banyak jasanya di dalam menyembuhkan orang yang sakit tenat." Sambunya lagi, "Saya ini adalah hambanya sendiri, badan saya telah tua dan lemah, mata saya telah pun buta kerana selalu menangis terkenangkan 'Uzair. Kalaulah tuan ini 'Uzair maka cubalah tuan doakan kepada Tuhan suaya mata saya terang kembali dan dapat melihat tuan."

"Uzair pun mendaha kedua belah tangannya ke langit lalu berdoa ke hadrat Tuhan. Tiba-tiba mata orang rua itupun terbuka dan dapat melihat dengan lebih terang lagi. Tubuhnya yang tua dan lemah itu kembali kuat seakan-akan kembali muda. Setelah merenung wajah 'Uzair dia pun berkata, "Benar, tuanlah 'Uzair. Saya masih ingat." Hambanya itu terus mencium tangan 'Uzair lalu keduanya pergi mendapatkan orang ramai, bangsa Israil. 'Uzair memperkenalkan dirinya bahwa dialah 'Uzair yang pernah hidup di kampung itu lebih seratus tahun yang lalu.

Berita itu bukan saja mengejutkan bangsa Israil, tetapi ada juga meragukan dan ada yang tidak percaya kepadanya. Walau bagaimanapun berita itu menarik perhatian semua orang yang hidup ketika itu. Kerana itu mereka ingin menguji kebenaran 'Uzair. Kemudian datanglah anak kandungnya sendiri seraya bertanya, "Saya masih ingat bahwa bapa saya mempunyai tanda di punggungnya. Cubalah periksa tanda itu. Kalau ada benarlah dia 'Uzair."
Tanda itu memang ada pada 'Uzair, lalu percayalah sebahagian daripada mereka. Akan tetapi sebahagian lagi mahukan bukti yang lebih nyata, maka mereka berkata kepada 'Uzair, "Bahwa sejak penyerbuan Nebukadnezar ke atas bangsa dan negara Israil dan setelah tentera tersebut membakar kitab suci Taurat, maka tiadalah seorang pun bani Israil yang hafal isi Taurat kecuali 'Uzair saja. Kalau benarlah tuan Uzair, cubalah tuan sebutkan isi Taurat yang betul."

'Uzair pun membaca isi Taurat itu satu persatu dengan fasih dan lancar serta tidak salah walaupun sedikit. Mendengarkan itu barulah mereka percaya bahwa sungguh benar itulah 'Uzair. Ketika itu, semua bangsa Israil punpercaya bahwa dialah 'Uzair yang telah mati dan dihidupkan semual oleh Tuhan. Banyak di antara mereka yang bersalam dan mencium tangan 'Uzair serta meminta nasihat dan panduan daripadanya. Tetapi sebahagian daripada kaum Yahudi yang bodoh menganggap 'Uzair sebagai anak Tuhan pula. Maha Suci

Allah tidak mempunyai anak samada 'Uzair mahupun Isa kerana semua makhluk adalah kepunyaan-Nya belaka. Janganlah kita was-was tentang kekuasaan Allah, maka hendaklah dia fikir siapakah yang menciptakan dirinya itu. Adalah mustahil sesuatu benda itu terjadi dengan sendirinya tanpa ada yang menciptakan. Kalau masih ada orang yang ragu-ragu tentang kekuasaan Allah, ubatnya hanya satu saja, hendaklah dia membaca dan memahami al-Qur'an, was-was terhadap kekuasaan Allah itu hanya datangnya dari syaitan.

Allah S.W.T telah meletakkan komputer dalam kepala kita untuk berfikir, oleh itu gunakanlah akal kita untuk berfikir.
Baca Selengkapnya »»  

Minggu, 26 Agustus 2012

Peran Istri Dalam Keluarga

وَلْيَخْشَ الَّذِينَ لَوْ تَرَكُوا مِنْ خَلْفِهِمْ ذُرِّيَّةً ضِعَافًا خَافُوا عَلَيْهِمْ فَلْيَتَّقُوا اللَّهَ وَلْيَقُولُوا قَوْلًا سَدِيدًا
“Dan hendaklah takut kepada Allah orang-orang yang seandainya meninggalkan di belakang mereka anak-anak yang lemah, yang mereka khawatir terhadap (kesejahteraan) mereka. Oleh sebab itu hendaklah mereka bertakwa kepada Allah dan hendaklah mereka mengucapkan perkataan yang benar.”(QS. an-Nisa: 9)

Seorang penulis Perancis Athena L berkata, “Menghadapi Islam dengan menggunakan kekuatan justru membuat agama itu semakin tersebar ke mana-mana. Cara paling efektif untuk menghancurkan Islam dan mencabut akar-akarnya ialah; mendidik anak-anak mereka di sekolah-sekolah Kristen, menanamkan benih-benih keraguan dalam jiwa mereka sejak dini, sehingga tanpa terasa sebenarnya mereka digiring kepada keyakinan yang rusak. Cara seperti ini jauh lebih efektif daripada menjadikan mereka memeluk agama Kristen.”

Upaya kaum kuffar untuk merusak kaum muslimin telah menerobos masuk ke dalam kehidupan umat muslim yang paling privat; keluarga. Inilah bentuk kebencian luar biasa yang telah Allah peringatkan kepada kita. Bahwa mereka tidak pernah ridlo melihat umat ini selamat sampai mengikuti jalan agama mereka. Salah satu strategi berbahaya yang mereka lakukan adalah merusak keluarga-keluarga muslim dan anak cucu mereka.

يَاأَيُّهَا الَّذِينَ ءَامَنُوا لَا تَتَّخِذُوا بِطَانَةً مِنْ دُونِكُمْ لَا يَأْلُونَكُمْ خَبَالًا وَدُّوا مَا عَنِتُّمْ قَدْ بَدَتِ الْبَغْضَاءُ مِنْ أَفْوَاهِهِمْ وَمَا تُخْفِي صُدُورُهُمْ أَكْبَرُ قَدْ بَيَّنَّا لَكُمُ الْآيَاتِ إِنْ كُنْتُمْ تَعْقِلُونَ
“Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu ambil menjadi teman kepercayaanmu orang-orang yang di luar kalanganmu (karena) mereka tidak henti-hentinya (menimbulkan) kemudharatan bagimu. Mereka menyukai apa yang menyusahkan kamu. Telah nyata kebencian dari mulut mereka, dan apa yang disembunyikan oleh hati mereka lebih besar lagi. Sungguh telah Kami terangkan kepadamu ayat-ayat (Kami), jika kamu memahaminya.”(QS. ali Imran: 118).

Di antara cara merusak keluarga muslim adalah meregangkan hubungan antara ibu dengan anak sehingga tercipta disharmonisasi keluarga atau broken home secara tak sadar. Caranya adalah dengan menggalakkan emansipasi wanita. Barat mendorong kaum muslimah agar abai terhadap kewajibannya dalam rumah tangga sebagai ibu dan pengatur urusan rumah tangga.

Para muslimah didorong untuk melepaskan pengasuhan dan pembinaan anak-anak mereka, dan beraktifitas di luar rumah. Dengan alasan aktualisasi diri dan menuntut kesetaraan gender, para muslimah didorong untuk bersaing dengan kaum pria di semua lini kehidupan, khususnya di dunia kerja. Di sisi lain ditumbuhkan rasa minder, inferior bila sekedar menjadi ibu rumah tangga.

Kejadian ini pernah dialami Amerika Serikat pasca Perang Dunia II. Ketika itu kaum ibu banyak harus meninggalkan rumah mereka karena tekanan ekonomi. Tetapi yang terjadi beberapa tahun kemudian adalah broken home. Banyak terlantar pengasuhannya dan berdampak kepada meningkatnya kriminalitas di masyarakat.

Islam telah memuliakan wanita. Allah telah memberikan ganjaran yang serupa antara amal pria maupun wanita. Ada amal soleh yang hanya bisa dikerjakan kaum wanita, begitu pula sebaliknya. Allah berfirman:

وَلَا تَتَمَنَّوْا مَا فَضَّلَ اللَّهُ بِهِ بَعْضَكُمْ عَلَى بَعْضٍ لِلرِّجَالِ نَصِيبٌ مِمَّا اكْتَسَبُوا وَلِلنِّسَاءِ نَصِيبٌ مِمَّا اكْتَسَبْنَ وَاسْأَلُوا اللَّهَ مِنْ فَضْلِهِ إِنَّ اللَّهَ كَانَ بِكُلِّ شَيْءٍ عَلِيمًا
“Dan janganlah kamu iri hati terhadap apa yang dikaruniakan Allah kepada sebahagian kamu lebih banyak dari sebahagian yang lain. (Karena) bagi orang laki-laki ada bahagian daripada apa yang mereka usahakan, dan bagi para wanita (pun) ada bahagian dari apa yang mereka usahakan, dan mohonlah kepada Allah sebagian dari karunia-Nya. Sesungguhnya Allah Maha Mengetahui segala sesuatu.”(QS. an-Nisa: 32).

Islam menempatkan wanita sebagai istri, ibu dan pengatur rumah tangga. Untuk itu, ada pahala besar yang disiapkan Allah bagi mereka. Sabda Nabi saw.
وَالْمَرْأَةُ رَاعِيَةٌ عَلَى بَيْتِ بَعْلِهَا وَوَلَدِهِ وَهِيَ مَسْئُولَةٌ عَنْهُمْ
“Dan seorang istri adalah penggembala atas rumah suaminya dan anak-anaknya dan ia bertanggung jawab pada mereka,”(hr. Bukhari)

Masyarakat Barat mengalami masa krisis akibat kaum wanita memilih bekerja di luar rumah. Anak-anak mereka terlantar, dan masalah sosial akibat interaksi pria dengan wanita di sektor publik menjadi-jadi. Kasus pelecehan seksual, pemerkosaan dan perselingkuhan di tempat kerja meningkat. Hasil survey di Amerika menunjukkan 1 dari 4 pekerja terlibat dalam perselingkuhan di tempat kerja.

Keinginan Barat untuk merusak keluarga muslim, khususnya dengan menyerang kaum wanita, memang amat berbahaya dan sepatutnya disadari kaum muslimin, khususnya para muslimah. Harus ada kebanggaan sebagai seorang ibu rumah tangga yang mengasuh anak-anak mereka.

Aisyah pernah memberikan seorang perempuan miskin dan dua orang anak perempuannya tiga buah kurma. Ketika kurma milik dua anak itu habis, mereka lalu memintanya kepada sang ibu. Maka sang ibu membelah kurma itu menjadi dua dan membaginya kepada kedua anaknya. Aisyah yang kagum dengan kasih sayang sang ibu itu lalu menceritakannya kepada Rasulullah saw. Beliau lalu bersabda:

إِنَّ اللَّهَ قَدْ أَوْجَبَ لَهَا بِهَا الْجَنَّةَ أَوْ أَعْتَقَهَا بِهَا مِنَ النَّارِ
“Sesungguhnya Allah telah menentukan baginya sorga, atau Allah telah memerdekakannya dari api neraka sebab kedua anak itu.”(HR. Muslim).š
Baca Selengkapnya »»  

Ayat Yang Seolah-olah Bertentangan

Memahami ayat yang seolah-olah bertentangan,namun sebenarnya saling melengkapi ayat satu dengan ayat yang lain.

Allah Subhanahu wa Ta'ala di dalam Al-Qur'an surat Ali Imran ayat 85 berfirman:"Barangsiapa mencari agama selain Islam, maka tidak akan diterima."

Sementara dalam surat Al-Maidah ayat 69 disebutkan:"Sesungguhnya orang-orang yang beriman, orang-orang Yahudi, orang-orang Shabi'in, dan orang-oang Nasrani apabila mereka beriman kepada Allah dan hari akhir serta beramal shalih, maka tidak ada ketakutan dan kesedihan yang akan menimpa mereka."Bagaimana caranya kita memahami dua ayat yang seolah-olah bertentangan ini ?

Tak ada pertentangan antara dua ayat tersebut. Ayat yang pertama (Ali Imran : 85) berlaku bagi kaum yang telah sampai dakwah Islam kepada mereka, sedangkan ayat yang kedua (Al-Maidah : 69) berlaku bagi kaum yang hidup pada zaman mereka masing-masing (dengan cara mengikuti syariat dari nabi/rasul mereka masing-masing sebelum datangnya dakwah Islam).

Adapun tentang kaum shabi'in (shabi'ah) yang dikenal selama ini sebagai penyembah bintang, sebetulnya mereka dulunya adalah orang-orang yang bertauhid, akan tetapi setelah lewat masa yang panjang, sedikit demi sedikit mereka terjatuh ke dalam kemusyrikan dan akhirnya mereka menyembah bintang. Hal ini sama saja dengan orang-orang Yahudi dan Nasrani yang hari ini juga semuanya sudah terjatuh dalam kemusyrikan.

Nah siapapun di antara mereka (shabi'ah, Yahudi, Nasrani) yang berpegang teguh dengan agamanya masing-masing dan mereka hidup sebelum datangnya Islam, maka mereka tidak akan ditimpa ketakutan dan kesedihan. Dan mereka adalah termasuk orang-orang yang beriman. Akan tetapi, setelah Allah mengutus Nabi Muhammad Shalallahu 'alaihi wa sallam dan dakwah Islam telah sampai kepada mereka, maka Allah tidak akan menerima agama mereka sebelum mereka masuk Islam.

Adapun orang yang sama sekali belum pernah mendengar dakwah Islam, maka orang seperti ini tidak akan langsung divonis masuk neraka oleh Allah Subhanahu wa Ta'ala.

Orang yang meninggal dalam keadaan belum pernah mendengar dakwah Islam sama sekali, akan mendapat perlakuan khusus dari Allah di akhirat dengan mengutus seorang rasul kepada mereka, orang-orang ini akan diuji oleh Allah lewat rasul tersebut, seperti Allah telah menguji manusia di dunia. Apabila orang-orang tersebut menyambut seruan rasul dan mentaatinya maka dia akan dimasukkan ke surga. Jika tidak, maka dia akan masuk neraka.

Saat ini ada satu masalah yang sangat besar yang menimpa sebagian kaum muslimin, yaitu orang-orang yang mengira bahwa mereka telah memeluk agama Islam dan telah menjalankan syariat Islam tetapi sebenarnya mereka telah keluar dari Islam dan telah jatuh dalam kekafiran karena aqidah dan keyakinan mereka telah sesat dan menyimpang, sehingga membatalkan ke-Islam-an mereka. Mereka itu adalah kelompok yang disebut "Ahmadiyah Qodiyan" yang berkeyakinan bahwa ada nabi lagi setelah Nabi Muhammad Shalallahu 'alaihi wa sallam. Mereka ini sudah tidak termasuk ke dalam golongan orang-orang yang disebutkan dalam surat Al-Maidah ayat 69 di atas, karena hujjah sudah tegak di hadapan mereka. Apabila mereka mengaku sebagi muslim, tentu mereka telah membaca (mendengar) dari Al-Qur'an dan hadits tentang bagaimana prinsip-prinsip aqidah Islam.

Dikutip dari "Kaifa yajibu 'alaina annufasirral qur'anil karim"
Baca Selengkapnya »»  
 
back to top