Berdoa adalah ibadah yang bernilai besar di hadapan Allah.
Nabi saw. menyifati doa sebagai ‘sumsum’nya ibadah dan ‘senjata’nya orang-orang
beriman.
“Doa adalah senjata orang beriman dan tiangnya agama
serta cahaya langit dan bumi,”(hr. Hakim dan Abu Ya’la).
Doa juga merupakan sumsumnya ibadah. Sabda Nabi saw.:
الدُّعَاء مُخّ الْعِبَادَة
“Doa adalah
sumsumnya ibadah.”
Allah pun berkenan untuk mengabulkan setiap doa hambaNya.
Dalam satu hadits Nabi saw. menyatakan Allah merasa ‘malu’ jika tidak
mengabulkan permintaan orang yang berdoa.
إِنَّ
اللَّهَ عَزَّ وَجَلَّ لَيَسْتَحِي أَنْ يَبْسُطَ الْعَبْدُ إِلَيْهِ يَدَيْهِ يَسْأَلُهُ
خَيْرًا فَيَرُدَّهُمَا
"Sesungguhnya
Allah merasa malu jika ada seorang hamba yang menengadahkan tangan padanya
memohon kebaikan kemudian Ia menolaknya."(hr. Ahmad)
Akan tetapi doa pun bisa tak didengar dan dikabulkan Allah.
Ada penghadang terkabulnya doa. Sehingga sekuat dan sebanyak apapun seorang
hamba berdoa, Allah tak akan peduli dengan permohonan mereka. Inilah sejumlah
penghalang-penghalang doa.
1.
Kurangnya
keyakinan akan terkabulnya doa
Seorang yang berdoa harus yakin bahwa Allah akan mengabulkan
doa seorang hamba selama doa itu berisi kebaikan dan bukan pemutus silaturahim.
Apapun yang dimintanya maka akan didengar dan dikabulkan olehNya. Tetapi bila
keyakinan seorang hamba itu lemah, maka Allah pun tak akan peduli terhadap
doanya.
أَنَّ
اللَّهَ عَزَّ وَجَلَّ قَالَ أَنَا عِنْدَ ظَنِّ عَبْدِي بِي إِنْ ظَنَّ بِي خَيْرًا
فَلَهُ وَإِنْ ظَنَّ شَرًّا فَلَهُ
"Aku
bergantung pada prasangka hambaKu padaKu, dan Aku bersamanya jika ia berdoa
padaKu, jika ia ia menyangka baik padaKu maka baginya kebaikan, dan jika ia
menyangka buruk padaKu maka bagiNya keburukan."(HR. Ahmad).
2.
Seorang
hamba berdoa tetapi kehidupannya berlumuran barang haram dan yang didapat
dengan cara haram
ياَ سَعْدُ أَطِبْ مَطْعَمُكَ تَكُنْ مُسْتَجَابُ
الدَّعْوَةِ وَالَّذِي نَفْسِ مُحَمَّدٌ بِيَدِهِ إِنَّ الرَّجُلَ لَيَقْذِفُ اللُّقْمَةَ
الْحَرَامَ فيِ جَوْفِهِ مَا يُتَقَبَّلُ مِنْهُ أَرْبَعِيْنَ يَوْماً وَأَيُّمَا
عَبْدٌ نَبَتَ لَحْمُهُ مِنَ السُّحْتِ وَالرِّبَا فَالنَّارُ أَوْلىَ بِهَ
“Wahai Sa’ad! Perbaikilah makananmu niscaya terkabul
doamu, demi jiwaku yang ada di tanganNya sesungguhnya seseorang yang memasukkan
sesuap makanan yang haram ke dalam mulutnya tidak akan diterima doanya 40 hari
dan orang yang dagingnya tumbuh dari kecurangan dan riba maka neraka lebih
layak baginya.”(hr. Ibnu Mardawaih)
الرَّجُلَ
يُطِيلُ السَّفَرَ أَشْعَثَ أَغْبَرَ يَمُدُّ يَدَيْهِ إِلَى السَّمَاءِ يَا رَبِّ
يَا رَبِّ وَمَطْعَمُهُ حَرَامٌ وَمَشْرَبُهُ حَرَامٌ وَمَلْبَسُهُ حَرَامٌ
وَغُذِيَ بِالْحَرَامِ فَأَنَّى يُسْتَجَابُ لِذَلِكَ
“Seorang
laki-laki telah jauh perjalanannya dan berambut kusut penuh dengan debu. Dia
mengenadahkan tangannya ke langit (dan berkata), ‘Duhai Rabb, duhai Rabb’
sementara makanannya haram, minumannya haram, pakaiannya haram, dan
dikenyangkan dengan yang haram, maka bagaimana akan diterima permintaanya?”(hr. Muslim)
Maka perbaikilah makanan kita, dan perbaiki pula cara kita
mencari nafkah. Karena ia menentukan terkabul atau tidaknya doa kita di hadapan
Allah.
3.
Meninggalkan
amar maruf nahiy mungkar
وَالَّذِي
نَفْسِي بِيَدِهِ لَتَأْمُرُنَّ بِالْمَعْرُوفِ وَلَتَنْهَوُنَّ عَنِ الْمُنْكَرِ
أَوْ لَيُوشِكَنَّ اللَّهُ أَنْ يَبْعَثَ عَلَيْكُمْ عِقَابًا مِنْهُ ثُمَّ
تَدْعُونَهُ فَلَا يُسْتَجَابُ لَكُمْ
“Demi jiwaku yang berada di
tanganNya, hendaklah kalian bersungguh-sungguh memerintahkan yang ma’ruf dan
mencegah yang mungkar, atau niscaya Allah mendatangkan atas kalian siksa dariNya,
kemudian kalian berdoa kepadaNya maka tidak dikabulkan untuk kalian.”
Banyak orang tidak mau melaksanakan amar maruf nahiy mungkar
dengan beragam alasan. Padahal itu adalah salah satu celah yang menyebabkan doa
tidak terkabul di hadapan Allah.
Adapun bila ada orang yang berlumur perkara haram,
mengerjakan maksiat, dan menghalangi dakwah, namun setiap doanya seolah
dikabulkan, sebenarnya itu bukanlah Allah meridloinya, akan tetapi bagian dari
skenario azab yang akan Allah turunkan. Nabi saw. bersabda:
إِذَا
رَأَيْتَ اللَّهَ يُعْطِي الْعَبْدَ مِنَ الدُّنْيَا عَلَى مَعَاصِيهِ مَا يُحِبُّ
فَإِنَّمَا هُوَ اسْتِدْرَاجٌ
“Jika
engkau menyaksikan Allah memberikan pada seseorang (kenikmatan) dunia atas
kemaksiatannya, sesungguhnya itu adalah istidraj”(hr. Ahmad)š
Tidak ada komentar :
Posting Komentar