Sabtu, 29 Desember 2012

Doa & Ikhtiar

Berdoa adalah inti dari ibadah. Setiap muslim diperintahkan untuk memperbanyak doa dan meninggalkan rasa malas dalam berdoa. Sabda Nabi SAW.:
سَلُوا اللَّهَ مِنْ فَضْلِهِ فَإِنَّ اللَّهَ عَزَّ وَجَلَّ يُحِبُّ أَنْ يُسْأَلَ
“Mintalah kepada Allah dari anugerah-Nya, sesungguhnya Allah senang untuk diminta.”(hr. Tirmidzi)

Nabi SAW. juga menjelaskan betapa murkanya pada Allah kepada orang-orang yang meninggalkan amalan berdoa.
مَنْ لَمْ يَسْأَلِ اللَّهَ يَغْضَبْ عَلَيْهِ
“Barangsiapa yang tidak memohon kepada Allah, maka Allah murka padanya,”(hr. Tirmidzi)

Seorang muslim diperintahkan untuk bermunajat kepada Allah dalam setiap waktu. Beragam doa diajarkan baik dalam Kitabullah maupun melalui lisan Nabi saw. Tidak saja saat beribadah tetapi juga dalam aneka kondisi; naik kendaraan, makan dan minum, melihat hujan, bepergian, dsb. Dengan berdoa maka seseorang menjaga kedekatannya dengan Allah Ta’ala.

فَاذْكُرُونِي أَذْكُرْكُمْ وَاشْكُرُوا لِي وَلَا تَكْفُرُونِ
“Maka ingatlah diriku niscaya Aku mengingat dirimu, dan bersyukurlah kepadaKu dan jangan mengingkariKu.”(QS. al-Baqarah: 152).

Berdoa bukanlah bentuk keputusasaan, justru ia adalah salah satu ikhtiar yang bersifat ruhiyah. Pelakunya yakin bahwa senantiasa ada idrak shillah billah, kesadaran hubungan dengan Allah. Bahwa tidak ada yang bisa memudahkan dan memberi kesusahan melainkan hanya Allah Ta’ala. Sebagaimana pesan Nabi saw. kepada Ibnu Abbas ra.

إِذَا سَأَلْتَ فَاسْأَلِ اللَّهَ وَإِذَا اسْتَعَنْتَ فَاسْتَعِنْ بِاللَّهِ وَاعْلَمْ أَنَّ الْأُمَّةَ لَوِ اجْتَمَعَتْ عَلَى أَنْ يَنْفَعُوكَ بِشَيْءٍ لَمْ يَنْفَعُوكَ إِلَّا بِشَيْءٍ قَدْ كَتَبَهُ اللَّهُ لَكَ وَلَوِ اجْتَمَعُوا عَلَى أَنْ يَضُرُّوكَ بِشَيْءٍ لَمْ يَضُرُّوكَ إِلَّا بِشَيْءٍ قَدْ كَتَبَهُ اللَّهُ عَلَيْكَ
“Jika engkau memohon maka mohonlah kepada Allah, dan jika engkau meminta tolong maka minta tolonglah kepada Allah. Ketahuilah seandainya manusia berkumpul untuk memberi manfaat kepadamu dengan sesuatu maka tidak akan bisa memberi manfaat kepadamu kecuali dengan sesuatu yang telah Allah tetapkan kepadamu, dan jika manusia berkumpul untuk mencelakakan dirimu dengan sesuatu maka tidak akan bisa mencelakakanmu kecuali dengan sesuatu yang telah Allah tetapkan atasmu.”(HR. Tirmidzi).

Meski demikian berdoa bukanlah satu-satunya cara yang diperintahkan oleh Allah dalam mengatasi kesulitan hidup. Sehingga ada anggapan bahwa cukuplah bagi kaum muslimin dengan berdoa sehingga semua masalah akan teratasi.

Ini adalah kesalahpahaman yang menjurus pada sikap fatalistik. Menyandarkan semuanya pada masalah yang ghaib. Hal ini pernah menimpa kaum muslimin di masa lampau saat menghadapi serangan Mongol/pasukan Tartar, di mana mereka menghadapinya hanya dengan membaca kitab Shahih Bukhari, berharap keberkahan hadits-hadits Nabi saw. bisa menolak bencana. Hal seperti ini juga terulang di masa sekarang. Kita sering menyaksikan doa bersama untuk menolak aneka krisis; krisis moral, krisis ekonomi, dan bencana alam.

Selain memerintahkan berdoa, Allah pun memerintahkan kaum muslimin untuk melakukan ikhtiar yang bersifat fisik/materi. Dalam peperangan, Allah mewajibkan umat Islam untuk mempersiapkan pasukan sebaik-baiknya sehingga bisa menggentarkan hati musuh. Sebagaimana firmanNya:
وَأَعِدُّوا لَهُمْ مَا اسْتَطَعْتُمْ مِنْ قُوَّةٍ وَمِنْ رِبَاطِ الْخَيْلِ تُرْهِبُونَ بِهِ عَدُوَّ اللَّهِ وَعَدُوَّكُمْ وَآَخَرِينَ مِنْ دُونِهِمْ لَا تَعْلَمُونَهُمُ اللَّهُ يَعْلَمُهُمْ

Siapkanlah untuk menghadapi mereka kekuatan apa saja yang kalian sanggupi dan dari kuda-kuda yang ditambatkan untuk berperang (yang dengan persiapan itu) kalian menggentarkan musuh Allah, musuh kalian, dan orang-orang selain mereka yang kalian tidak mengetahuinya; sedangkan Allah mengetahuinya.(QS. al-Anfal: 60).

Berbagai problematika yang dihadapi umat pada hari ini, krisis yang multidimensi, tidak cukup dipecahkan dengan doa. Tetapi wajib ada ikhtiar nyata. Aneka masalah yang mencekik kita hari ini disebabkan jauhnya umat dari ajaran Islam; akidah dan syariatnya. Maka usaha yang harus dilakukan adalah membumikan ajaran Islam, menjadikan akidah Islamiyah sebagai landasan kehidupan bermasyarakat serta menjadikan syariatnya sebagai aturan dalam kehidupan. Inilah perubahan  yang harus dilakukan oleh umat, bukan sekedar berdoa dan menunggu datangnya perubahan dari langit. Allah berfirman:
إِنَّ اللَّهَ لَا يُغَيِّرُ مَا بِقَوْمٍ حَتَّى يُغَيِّرُوا مَا بِأَنْفُسِهِمْ

“Sesungguhnya Allah tidak akan mengubah nasib suatu kaum, hingga kaum itu mau mengubah nasibnya sendiri.” (Ar Ra’d: 11).

Tidak ada komentar :

Posting Komentar

 
back to top